
Oleh: Ust. Baso Irwansyah
Baru-baru ini, jagat media sosial dihebohkan oleh sebuah video yang menampilkan aksi sejumlah orang menyawer artis DJ asal Ibukota dalam sebuah acara hiburan malam di salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Yang mencengangkan, nominal uang yang berserakan di atas panggung disinyalir cukup untuk membeli sebuah kendaraan roda empat.
Sebagai seseorang yang mencintai dan peduli terhadap harkat serta martabat daerahnya, penulis merasa sangat prihatin melihat tayangan tersebut. Dalam video yang tersebar luas, tampak adegan yang sungguh mencoreng nilai-nilai moral dan budaya lokal—mulai dari penampilan sang DJ yang berpakaian minim, alunan musik disko yang membahana, hingga adegan saweran yang tidak hanya vulgar tetapi juga memperlihatkan uang diinjak-injak di atas panggung.
Ironisnya, peristiwa tersebut menjadi bahan tontonan publik karena didokumentasikan secara bebas dan disebarkan luas melalui berbagai platform media sosial. Hal inilah yang kemudian menjadikan kejadian itu viral dan menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat dari Sabang sampai Merauke.
Sungguh disayangkan, ketika pemerintah daerah tengah berupaya keras membangun citra positif—daerah yang bersih, religius, dan bermartabat—justru dicederai oleh aksi sekelompok oknum yang tidak mencerminkan jati diri daerah yang kaya akan nilai budaya dan keagamaan.
Kita semua tentu berharap, peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat dan para pemangku kebijakan. Bahwa kemajuan daerah tidak hanya diukur dari pembangunan fisik, tetapi juga dari keteguhan moral dan spiritual warganya.
Semoga Allah senantiasa menjaga hati dan pikiran kita, serta memberikan kemudahan bagi para pemimpin kita dalam mewujudkan daerah yang religius, bersih, dan penuh keberkahan. Aamiin.
"Ihdinash shirathal mustaqim. Shirathal ladzina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhubi ‘alaihim waladdhaalliin…"
Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.