
![]() |
Penulis : Akademisi dan peneliti ekonomi Romy Nugraha dari Bidang Riset KNPI Sidrap |
NARASIRAKYAT, SIDRAP – Pasca pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Sidenreng Rappang pada 20 Februari 2025 di Jakarta, masyarakat menaruh harapan besar terhadap kepemimpinan baru. Namun, sejumlah tantangan besar menanti, terutama di sektor ekonomi, yang mengalami perlambatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Sidrap dalam lima tahun terakhir cenderung melambat. Tahun 2021 ekonomi tumbuh 5,54%, turun menjadi 4,86% di 2022, dan semakin melemah hingga 3,86% pada 2023. Jika dibandingkan dengan periode 2015-2017, yang mencatat pertumbuhan di atas 8%, kondisi ini menunjukkan perlunya kebijakan strategis yang lebih agresif.
Sektor pertanian, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Sidrap, juga mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB. Jika pada 2013-2017 sektor ini menyumbang lebih dari 33%, pada 2018-2022 angkanya turun menjadi 28,52%.
Akademisi dan peneliti ekonomi Romy Nugraha dari Bidang Riset KNPI Sidrap menekankan pentingnya strategi inovatif untuk mendongkrak kembali pertumbuhan ekonomi.
"Pemerintah daerah harus mengembangkan kebijakan yang mendorong peningkatan produksi pertanian, diversifikasi ekonomi, serta memanfaatkan potensi sektor lain seperti industri dan jasa. Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, target pertumbuhan ekonomi di atas 6% masih bisa dicapai," ujarnya.
Selain itu, efisiensi anggaran dari pemerintah pusat menjadi tantangan baru dalam mengelola ekonomi daerah. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam tata kelola anggaran dan kebijakan investasi agar ekonomi Sidrap kembali tumbuh pesat.
Dengan pendekatan yang tepat, Sidrap memiliki peluang besar untuk bangkit dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan, demi kesejahteraan masyarakatnya.