• Jelajahi

    Copyright © NARASI RAKYAT
    Best Viral Premium Blogger Templates


     


     


     

     



     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     

     



     


     


     


     


     


     


     


     

     



     


     

    Iklan


     

    Tawau, Negeri Seberang Rasa Sulawesi Selatan: Catatan Safari Silaturrahim di Perbatasan NKRI-Malaysia

    Satry Polang
    Jumat, 24 Januari 2025, Januari 24, 2025 WIB Last Updated 2025-01-24T23:11:14Z
    masukkan script iklan disini
    banner 728x250

     

    Tawau, Negeri Seberang Rasa Sulawesi Selatan: Catatan Safari Silaturrahim di Perbatasan NKRI-Malaysia


    Tawau, Sabah - 23 Desember 2024 hingga 4 Januari 2025, Catatan Safari Silaturrahim oleh Dr. Wahidin Ar-Raffany, M.A, dosen perguruan tinggi Islam di Sulawesi Selatan, membawa kita menyelami keunikan Kota Tawau, sebuah kawasan di Malaysia Timur yang terasa seperti kampung halaman. Dalam perjalanannya ke perbatasan utara NKRI, Tawau meninggalkan kesan mendalam, baik melalui silaturahim keluarga maupun wisata kuliner yang serasa berada di Sulawesi Selatan.



    Tawau, yang sebelumnya dikenal sebagai Tawao, adalah kota terbesar ketiga di Sabah dengan jumlah penduduk sekitar 372.615 jiwa—angka yang hampir menyamai Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Kota ini tidak hanya unik karena keberadaan mata uang ganda, Rupiah Indonesia dan Ringgit Malaysia, tetapi juga karena dominasi penduduk Suku Bugis, yang membuat Tawau terasa seperti kampung sendiri.



    Menurut laporan Media Warta.Com (21/05/2016), Suku Bugis di Sabah terdiri dari tiga kategori: Melayu berdarah Bugis (10%), Bugis bertaraf warga negara Malaysia (30%), dan TKI asal Indonesia (60%). Keberadaan mereka turut memengaruhi kuliner setempat yang kental dengan cita rasa khas Bugis.



    31 Desember 2024 menjadi hari yang istimewa bagi rombongan Dr. Wahidin Ar-Raffany. Setelah tiba di Pelabuhan Tawau, mereka dijamu di restoran “Makanan Kampung,” yang menyajikan menu khas Sulsel, seperti ikan bakar, tumis kangkung, dan es pisang ijo. Malamnya, menjelang pergantian tahun, keluarga besar dari dua negara (Indonesia-Malaysia) berkumpul di Restoran Sri Titingan untuk menikmati makanan laut seperti cumi, ikan, dan kepiting.



    Pertemuan ini tidak hanya mempererat hubungan keluarga tetapi juga membuktikan bahwa meskipun dipisahkan oleh batas negara, rasa kekeluargaan tetap terjaga. “Kami di Tawau, tapi rasanya seperti di kampung sendiri,” ujar Dr. Wahidin.



    Sebelum meninggalkan Tawau, rombongan kembali dijamu di Restoran FATE, yang menyajikan daging sapi, kambing, dan ikan laut berdaging tebal yang cocok dengan lidah Bugis. Anak-anak Dr. Wahidin, Nahidah dan Nawwaf, mengungkapkan kebahagiaan mereka. “Liburan kali ini paling seru dan penuh kenangan,” ungkap mereka.



    Selain pengalaman di Tawau, perjalanan ke Nunukan juga memberikan pengalaman wisata kuliner yang tak kalah menarik. Keseluruhan safari ini meninggalkan kenangan manis, mempererat silaturahim, dan mengenalkan generasi muda pada akar keluarga di perbatasan kedua negara.

    “Semoga keluarga di Tawau dan Nunukan selalu diberi keberkahan hidup dan senantiasa dalam lindungan Ilahi,” tutup Dr. Wahidin.

    Komentar

    Tampilkan