Penulis : Devy Febrianti Mahasiswa Program Doktoral FKM Unhas angkatan 2024 |
NARASIRAKYAT, SIDRAP ---- Pentingnya informasi gizi yang akurat dan berbasis ilmiah menjadi sorotan di tengah meningkatnya tantangan era digital. Setiap individu berhak mendapatkan informasi yang benar tentang pola makan sehat sebagai langkah dasar menjaga kesehatan. Namun, penyebaran informasi gizi yang benar menghadapi kendala besar, terutama dengan maraknya informasi keliru yang tersebar di media sosial. Misalnya, diet ekstrem atau suplemen yang kurang terbukti secara ilmiah kerap dipromosikan tanpa dasar yang kredibel, sehingga dapat menyesatkan masyarakat.
Devy Febrianti, seorang mahasiswa Program Doktoral di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas), menekankan bahwa hak atas informasi gizi adalah hak asasi setiap individu. "Etika kesehatan masyarakat mengharuskan transparansi dalam pemberian informasi nutrisi. Perusahaan makanan perlu memiliki tanggung jawab yang besar dalam memberikan informasi nutrisi yang jelas agar masyarakat dapat membuat pilihan yang lebih sehat," ujarnya.
Industri makanan sering kali mendorong produk tinggi gula, garam, dan lemak yang dapat berdampak buruk pada kesehatan masyarakat dalam jangka panjang. Oleh karena itu, edukasi mengenai informasi gizi yang benar menjadi sangat penting, tak hanya dari sisi individu, tetapi juga dari segi dukungan masyarakat dan pemerintah. Ini dapat diwujudkan melalui regulasi, infrastruktur, serta penyediaan informasi yang benar mengenai pola makan yang sehat.
Namun, tantangan terbesar adalah ketimpangan akses terhadap sumber daya dan informasi di daerah terpencil atau masyarakat yang kurang mampu. Untuk itu, program bantuan makanan, subsidi, serta akses informasi yang merata perlu digalakkan. "Pemerintah bersama masyarakat memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan setiap orang memiliki akses yang sama terhadap kebutuhan gizi yang tepat," tambah Devy.
Profesional gizi juga memainkan peran penting dalam menjaga etika edukasi gizi di tengah pengaruh komersial yang sering kali tidak berpihak pada kesehatan publik. Tantangan semakin rumit ketika mereka berhadapan dengan promosi produk industri makanan dan suplemen yang sering mengutamakan keuntungan komersial. Maka, di era digital ini, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam edukasi gizi menjadi krusial. Namun, pemahaman etika dalam penyebarannya tetap harus dijaga agar masyarakat memperoleh informasi yang benar dan memahami cara menggunakannya dengan bijak.