KLAB Gelar Diskusi Publik Konsolidasi Gerakan Literasi di Perpustakaan Sidenreng Rappang |
NARASIRAKYAT, Sidenreng Rappang – Komunitas Literasi Anak Bangsa (KLAB) kembali menunjukkan komitmennya dalam menggerakkan literasi melalui kegiatan "Diskusi Publik" bertajuk *Konsolidasi Gerakan Literasi: Meneropong Masa Depan Literasi* pada Sabtu, 21 September 2024. Bertempat di Perpustakaan Sidenreng Rappang, acara ini menghadirkan para penggiat literasi dari berbagai komunitas dan kalangan akademisi.
Diskusi publik ini menghadirkan narasumber-narasumber inspiratif, di antaranya Dedi Supriyanto, S.IP selaku Pustakawan Ahli Pertama dari Perpustakaan Sidenreng Rappang, Ilham Jaya dari komunitas Kolabook, serta Trian Fisman Adisaputra dari KLAB. Acara ini turut melibatkan banyak komunitas literasi setempat, akademisi, serta masyarakat umum yang memiliki ketertarikan terhadap dunia literasi.
Dalam diskusi ini, ketiga narasumber berbagi pandangan mengenai pentingnya memperluas makna literasi di era modern. "Literasi saat ini didefinisikan lebih luas daripada sekadar kemampuan membaca dan menulis," ungkap salah satu narasumber. Literasi kini mencakup keterampilan dalam mengakses, mengolah, dan menggunakan informasi secara efektif.
Dedi Supriyanto menekankan peran sentral perpustakaan dalam mendukung gerakan literasi. “Kami, di perpustakaan, selalu terbuka dan menyediakan fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas literasi, mahasiswa, ataupun masyarakat dalam mengadakan kegiatan mereka,” jelasnya. Menurut Dedi, perpustakaan bukan hanya tempat menyimpan buku, melainkan menjadi ruang interaksi sosial yang mempertemukan berbagai komunitas untuk berbagi pengetahuan dan ide.
Ilham Jaya dari Kolabook mengungkapkan bahwa mereka berusaha menarik minat baca masyarakat melalui kegiatan seni sastra, seperti pementasan puisi dan lapak baca. "Kami rutin mengadakan lapak baca di halaman kampus. Namun, karena kami melihat rendahnya minat baca, kami mencoba membuat acara pementasan seni dan sastra seperti pementasan puisi. Dari situlah mereka mulai tertarik dengan buku-buku yang dibacakan," ujarnya. Ilham juga mengkritisi rendahnya kualitas literasi yang dipengaruhi oleh dominasi media sosial, di mana masyarakat seringkali hanya membaca sepenggal informasi tanpa memahami konteksnya secara utuh.
Trian Fisman Adisaputra dari KLAB menyoroti tantangan besar literasi di tengah perkembangan teknologi dan banjirnya informasi. Ia menyebutkan bahwa literasi harus berfungsi sebagai sarana untuk melakukan transfer wacana dan isu, dengan menekankan pentingnya kemampuan untuk melakukan filtrasi informasi dan analisis mendalam. "Di era yang penuh dengan informasi, kemampuan untuk memilah dan memahami literasi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, strategi gerakan yang dibangun KLAB adalah transformasi wacana, di mana kami membahas secara mendalam isu-isu yang dianggap penting," jelasnya.
Lebih jauh, Trian menyampaikan kekhawatiran tentang lemahnya kemampuan analisis di kalangan Generasi Z yang lebih sering terpapar konten-konten dangkal dan konsumsi informasi yang kurang bermanfaat. Kehadiran teknologi AI seperti Google, meskipun memudahkan akses informasi, turut menyumbang pada penurunan keterampilan berpikir kritis dan analitis. "Generasi Z lebih sering mengonsumsi konten yang kurang bermanfaat. Sementara, dengan hadirnya teknologi AI, di satu sisi memudahkan akses informasi, namun di sisi lain mengurangi kemampuan untuk melakukan analisis yang lebih mendalam," tambahnya.
Diskusi ini berakhir dengan ajakan untuk memperkuat kolaborasi antara perpustakaan, komunitas literasi, akademisi, dan masyarakat dalam memajukan gerakan literasi. Para narasumber menekankan bahwa literasi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat, bukan hanya di ranah pendidikan formal, tetapi juga dalam interaksi sosial dan kegiatan budaya. Dengan kolaborasi yang baik, diharapkan literasi tidak hanya menjadi kemampuan teknis, melainkan juga menjadi budaya yang tertanam dalam keseharian masyarakat Indonesia.