Hujan Perdana Turun di Sidrap BMKG Prediksi Pola Musim Hujan 2024/2025 Alami Perubahan |
NARASIRAKYAT, SIDRAP --- Pada tanggal 22 September 2024, masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) akhirnya merasakan hujan perdana setelah berhari-hari dilanda cuaca panas yang ekstrem. Hujan ini disambut dengan rasa syukur oleh warga Sidrap dan sekitarnya, yang sebelumnya harus menghadapi suhu tinggi dan udara kering. Kendati demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan penting mengenai perubahan pola musim hujan yang diperkirakan akan berdampak besar di berbagai wilayah Indonesia.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, awal musim hujan 2024/2025 di beberapa wilayah Indonesia mengalami keterlambatan dibandingkan dengan prediksi sebelumnya. "Sebanyak 14 persen wilayah Indonesia, atau 96 Zona Musim (ZOM), mengalami kemunduran awal musim hujan," ujar Dwikorita dalam pernyataannya. Wilayah yang paling terdampak mencakup bagian Pulau Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Namun, tidak semua wilayah mengalami kemunduran musim hujan. BMKG mencatat bahwa wilayah Sumatera, pesisir utara Jawa, dan Kalimantan justru akan lebih awal memasuki musim hujan, dengan beberapa daerah mulai merasakannya sejak Agustus 2024.
BMKG merinci bahwa sebagian wilayah Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan akan mengalami hujan pada September 2024. Di wilayah Kalimantan dan Papua, hujan juga akan mulai turun pada bulan yang sama. Bulan Oktober akan menjadi periode krusial, di mana sebagian besar wilayah Pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua Barat diprediksi akan menerima curah hujan pertamanya. Sedangkan wilayah Bali, NTB, NTT, serta sebagian Sulawesi dan Papua akan memasuki musim hujan pada November 2024.
Perubahan pola musim hujan ini diperkirakan akan membawa dampak yang signifikan, terutama bagi sektor pertanian. Pola tanam yang sangat bergantung pada kestabilan curah hujan bisa terganggu, khususnya di wilayah yang mengalami kemunduran musim hujan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil panen dan ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
BMKG juga mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh musim hujan. Curah hujan tinggi yang datang lebih awal dari biasanya bisa menyebabkan peningkatan risiko penyakit, seperti demam berdarah, malaria, dan infeksi pernapasan.
Dengan perubahan pola cuaca yang tidak menentu ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap memantau informasi terbaru terkait cuaca. "Informasi cuaca sangat penting, terutama di masa peralihan ini. Kami mendorong masyarakat untuk memperhatikan informasi prakiraan cuaca agar dapat mengambil langkah antisipasi yang tepat," kata Dwikorita.
Bagi wilayah-wilayah yang mengalami percepatan musim hujan, BMKG juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap risiko banjir. Sementara itu, di wilayah yang mengalami kemunduran musim hujan, warga diimbau untuk bersiap menghadapi kekeringan yang berkepanjangan, termasuk mengambil langkah-langkah untuk menghemat penggunaan air.
Dengan datangnya hujan perdana di Sidrap, masyarakat kini bisa sedikit bernafas lega. Namun, perubahan pola cuaca yang tidak menentu memerlukan langkah antisipasi lebih lanjut agar dampak ekonomi dan kesehatan dapat diminimalkan.
Cuaca dan perubahan musim hujan akan terus menjadi perhatian utama, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat di berbagai sektor.