BMKG Prediksi Cuaca Panas di Sulsel Akan Berlanjut hingga Oktober 2024 |
NARASIRAKYAT, SIDRAP --- Sulawesi Selatan (Sulsel) tengah dilanda cuaca panas ekstrem selama beberapa hari terakhir, dengan suhu yang terus meningkat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Makassar mengonfirmasi bahwa fenomena ini dipengaruhi oleh kurangnya tutupan awan di wilayah daratan dan masih berlangsungnya musim kemarau.
Sitti Nurhayati Hamzah, Forecaster on Duty BMKG Sulsel, menjelaskan bahwa kurangnya tutupan awan membuat wilayah daratan Sulsel lebih banyak menerima panas langsung dari sinar matahari. "Saat ini, masih musim kemarau, sehingga tutupan awan yang berfungsi menahan sebagian panas sinar matahari sangat sedikit. Akibatnya, suhu meningkat di sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan," jelasnya.
Selain itu, ia menambahkan bahwa posisi matahari yang saat ini berada tepat di ekuator, bergerak menuju Belahan Bumi Selatan (BBS), turut menyumbang peningkatan suhu. Diperkirakan cuaca panas ini akan berlangsung hingga bulan Oktober 2024, bersamaan dengan pergerakan matahari menuju BBS.
Faktor lain yang turut memperparah kondisi cuaca adalah rendahnya curah hujan dan kurangnya cadangan air tanah. "Kondisi ini memperburuk situasi karena lahan menjadi lebih kering, dan permukaan tanah tidak mampu menahan panas dalam waktu lama. Hal ini menyebabkan efek panas yang dirasakan semakin meningkat," ujar Sitti.
Sebuah laporan terbaru dari Climate Central, sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa Makassar termasuk dalam lima kota di Asia Tenggara dengan suhu tertinggi selama periode Juni hingga Agustus 2024. Dalam analisis tersebut, Makassar mengalami 88 hari panas, menjadikannya salah satu kota dengan hari panas terbanyak di kawasan ini. Selain Makassar, kota lain yang mengalami cuaca panas ekstrem termasuk Sumedang (83 hari), Palembang (81 hari), dan Bandar Lampung (81 hari).
Peningkatan suhu di kawasan ini diperkirakan terkait dengan perubahan iklim yang menyebabkan perubahan pola cuaca dan meningkatnya frekuensi serta intensitas hari-hari panas. Hal ini menambah tantangan baru bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengatasi dampak lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengambil langkah-langkah mitigasi, terutama dalam menghadapi cuaca panas yang diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober. "Kami menyarankan masyarakat untuk menjaga asupan cairan, mengurangi aktivitas di luar ruangan pada siang hari, serta menjaga kesehatan selama cuaca panas ini," kata Sitti.
Kondisi cuaca panas ekstrem ini tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga sektor pertanian, karena kurangnya curah hujan dapat mempengaruhi tanaman dan sumber daya air. Pemerintah daerah di Sulawesi Selatan diharapkan dapat mengambil tindakan untuk mengurangi dampak yang lebih luas dari kondisi ini, termasuk upaya pengelolaan air dan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai.
Cuaca panas yang melanda Sulawesi Selatan memberikan tantangan besar bagi masyarakat dan pemerintah dalam mengelola dampaknya. Sementara kondisi diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober, langkah-langkah mitigasi diperlukan untuk menghadapi situasi ekstrem ini.