• Jelajahi

    Copyright © NARASI RAKYAT
    Best Viral Premium Blogger Templates


     


     


     

     



     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     

     



     


     


     


     


     


     


     


     

     



     


     

    Iklan


     

    Mengenang Prof. Dr. Salim Haji Said, Sang Pengamat dan Penulis Ternama

    Satry Polang
    Minggu, 19 Mei 2024, Mei 19, 2024 WIB Last Updated 2024-05-19T07:04:37Z
    masukkan script iklan disini
    banner 728x250

     


    Mengenang Prof. Dr. Salim Haji Said, Sang Pengamat dan Penulis Ternama

    NARASIRAKYAT, Hartford, Connecticut, 18 Mei 2024  – Hari ini, kabar duka menyelimuti komunitas perantau asal Sulawesi Selatan dan dunia akademisi Indonesia dengan wafatnya Prof. Dr. Salim Haji Said, seorang tokoh yang dikenal luas sebagai pengamat seni, politik, dan militer. Saya, yang kebetulan sedang belajar di Hartford, Connecticut, merasa kehilangan yang mendalam atas kepergian beliau.


    Pak Salim Said adalah sosok yang memiliki kedekatan emosional dengan banyak orang, termasuk saya yang berasal dari kampung yang sama, Sidrap, Sulawesi Selatan. Pertama kali saya mengenalnya sekitar tahun 2000-an di Jakarta, dalam sebuah acara seni tari asal Sulawesi Selatan. Pak Salim memberikan pandangannya yang tajam dan kreatif tentang Tari Padduppa, sebuah tarian penyambutan tamu.


    Saya juga berkesempatan bertemu beliau dalam berbagai kesempatan, termasuk saat beliau bersama kru TVRI melakukan wawancara dengan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla pada tahun 2004. Kedekatannya dengan Pak JK menunjukkan betapa beliau dihormati dan dipercaya oleh berbagai kalangan.


    Pak Salim Said bukan hanya seorang pengamat seni, tetapi juga seorang wartawan berbakat dan penulis otoritatif. Buku-bukunya tentang sejarah militer dan politik Indonesia, seperti "Dari Gestapu ke Reformasi" dan "Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto," menjadi rujukan penting dalam memahami dinamika politik Indonesia.


    Kenangan lainnya adalah ketika kami bersama-sama menghadiri deklarasi Pengurus Besar Keluarga Bugis Sidenreng Rappang (PB KEBUGIS) di Jakarta pada April 2015. Beliau selalu bangga dengan identitas Bugis Sidrap-nya, terbukti dengan adanya stiker "Keluarga Bugis Sidenreng Rappang" yang beliau tempel di mobilnya.


    Saat beliau menjadi Duta Besar RI di Cekoslovakia, kami tetap berkomunikasi. Pak Salim selalu berusaha mengangkat budaya Indonesia, termasuk meminta staf KBRI dan warga Indonesia di Ceko untuk mengenakan pakaian adat pada Hari Ulang Tahun RI.


    Menjelang Idul Fitri 1445 lalu, beliau mengirimkan pesan yang sangat menyentuh, meminta maaf dengan tulus atas segala kesalahan. Pesan ini menjadi kenangan terakhir sebelum saya mendengar kabar bahwa beliau jatuh sakit dan akhirnya berpulang.


    Sebagai junior dan sekampung, saya selalu merasa bangga dan terinspirasi oleh Pak Salim Said. Beliau adalah seorang tokoh yang tak hanya mengukir prestasi di bidang akademis dan jurnalistik, tetapi juga menjadi teladan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.


    Selamat jalan, Pak Salim Haji Said. Semoga Allah SWT memberikan tempat yang lapang dan penuh cahaya di sisi-Nya. Kami semua berdoa untukmu.

    Komentar

    Tampilkan